PENGUKURAN KERJA
FISIK MANUSIA DENGAN PENDEKATAN BIOMEKANIKA DAN FISIOLOGI
A.
TUJUAN
a. Tujuan Umum
1.
Mampu
melakukan pengukuran kerja dan memanfaatkannya dengan merancang metode kerja didasarkan pada
prinsip–prinsip biomekanika dan fisiologi.
2.
Mengetahui
besar beban kerja pada saat melakukan kerja dengan metode biomekanika dan
fisiologi.
3.
Mampu
memahami keterbatasan manusia dari beban kerja yang dibebankan pada anggota
tubuh manusia.
4.
Memahami bahwa perbedaan beban
kerja/cara kerja mempengaruhi aspek fisiologi manusia.
b. Tujuan Khusus
1.
Mampu menggunakan pulsemeter sebagai alat ukur kerja
dengan metode fisiologi.
2.
Mampu mengaplikasikan metode Recommended Weight Limit (RWL) dalam
menghitung beban kerja, menghitung lifting
index, dan memberi rekomendasi.
3. Mampu menghitung besar energy
expenditure pada suatu pekerjaan tertentu berdasarkan intensitas heart
rate.
B.
LANDASAN TEORI
1. Analisis Pengukuran Mekanika Tubuh Manusia
dengan Metode Biomekanika
Biomekanika merupakan salah
satu dari empat bidang penelitian informasi hasil ergonomi. Yaitu penelitian
tentang kekuatan fisik manusia yang mencakup kekuatan atau daya fisik manusia
ketika bekerja dan mempelajari bagaimana cara kerja serta peralatan harus
dirancang agar sesuai dengan kemampuan fisik manusia ketika melakukan aktivitas
kerja tersebut.
Dalam biomekanik ini banyak
disiplin ilmu yang mendasari dan berkaitan untuk dapat menopang perkembangan
biomekanik. Disiplin ilmu ini tidak terlepas dari kompleksnya masalah yang
ditangani oleh biomekanik ini. Untuk lebih
jelasnya dapat dilihat bagan (gambar 1.1) di bawah ini:
Gambar
1. Diagram ilmu Biomekanika (Contini dan Drill, 1966)
1.1 Konsep Biomekanika
Biomekanika diklasifikasikan menjadi 2, yaitu :
1.
General Biomechanic
Adalah bagian dari Biomekanika yang berbicara mengenai hukum – hukum dan
konsep – konsep dasar yang mempengaruhi tubuh organic manusia baik dalam posisi
diam maupun bergerak.
Dibagi
menjadi 2, yaitu :
q Biostatics adalah bagian dari biomekanika umum yang hanya menganalisis tubuh pada
posisi diam atau bergerak pada garis lurus dengan kecepatan seragam ( uniform
).
q Biodinamic adalah bagian dari biomekanik umum yang berkaitan dengan gambaran gerakan
– gerakan tubuh tanpa mempertim-bangkan gaya yang terjadi ( kinematik ) dan
gerakan yang disebabkan gaya yang bekerja dalam tubuh ( kinetik ). ( Tayyari, Occupational Ergonomi )
2.
Occupational Biomechanic.
Didefinisikan sebagai bagian dari biomekanik terapan yang mempelajari
interaksi fisik antara pekerja dengan mesin, material dan peralatan dengan
tujuan untuk meminimumkan keluhan pada sistem kerangka otot agar produktifitas
kerja dapat meningkat.
Setelah melihat klasifikasi diatas maka dalam
praktikum kita ini dapat kita kategorikan dalam Biomekanik Occupational Biomechanic. Untuk leebih jelasnya disini akan kita bahas
tentang anatomi tubuh yang menjadi dasar perhitungan dan penganalisaan
biomekanik
Dalam biomekanik ini banyak melibatkan bagian
bagian tubuh yang berkolaborasi untuk menghasilkan gerak yang akan dilakukan
oleh organ tubuh yakni kolaborasi antara Tulang, Jaringan penghubung
(Connective Tissue) dan otot yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Tulang
Tulang
adalah alat untuk meredam dan medistribusikan gaya/tegangan yang ada padanya.
Tulang yang besar dan oanjang berfungsi untuk memberikan perbandingan terhadap
beban yang terjadi pada tulang tersebut. Mungkin dalam aplikasinya biomekanik
selalu berhubungan dengan kerangka manusia, oleh sebab itu dibawah ini adalah
gambar kerangka manusia.
(Eko Nurmianto,Edisi Pertama,1996)
Gambar 1.2
Kerangka manusia
(Eko nurmianto,1988)
Tulang juga selalu terikat dengan otot, dan
jaringan penghubung (connecive Tissue) yakni ligamen,cartilage dan
Tendon. Fungsi otot disini untuk menjaga posisi tubuh agar tetap sikap sempurna
2. Connective Tissue atau
jaringan penghubung
Dibagi menjadi 3 yaitu:
1.
Cartilage
2.
Ligament
3.
Tendon
2.1. Sambungan Cartilagenous
Fungsi dari
sambungan Cartilagenous adalah untuk pergerakan yang relatif kecil.
Contoh: Sambungan tulang iga ( ribs ) dan pangkal
tulang iga (sternum)
Sambungan cartilagenous
khusus, antara vertebrata ( ruas-ruas tulang belakang) yaitu dikenal sebagai
interveterbratal disc, yang terdiri dari pembungkus, dan dikelilingi oleh inti
( puply core ). Verterbrae juga terdapat pada ligamen dan otot. Adanya gerakan
yang relatif kecil pada setiap jointnya, dapat mengakibatkan adanya
flaksibelitas badan manusia untuk membungkuk, menengadah, dan memutar.
Sedangkan disc berfungsisebagai peredam getaran pada saat manusia bergerak baik
translasi dan rotasi. (Eko Nurmianto,Edisi Pertama,1996)
Sambungan Ligamen
Ligamen berfungsi sebagai penghubung antara tulang dengan tulang untuk stabilitas sambungan (joint stability) atau untuk membentuk bagian sambungan dan menempel pada tulang. Ligamen tersusun atas serabut yang letaknya tidak pararel. Oleh karenanya tendon dan ligamen bersifat inelastic dan berfungsi pula untuk menahan deformasi. Adanya tegangan yang konstan akan dapat memeperpanjang ligamen dan menjadikannya kurang efektif dalam menstabilkan sambungan (joints)
Gambar 1.3
Gerak Tangan
Ligamen
tersebut untuk membatasi rentang gerakan. Batasan jangkauan dapat menentukan
ruang gerakan atau aktifitas yang digambarkan oleh sistem sambungan tulang.
Sambungan tulang yang sederhana ada pada siku dan lutut. Dengan adanya alasan
bahwa kedua adalah sambungan yang membatasi gerakan fleksi ( flexion ).
Sambungan siku memberikan kebebasan gerak pada tulang tangan.
Lengan dan
tungkai adalah sambungan yang komplek, yang mampu untuk mengadakan gerakan 3
dimensi, Contoh : gerakan mengangkat tangan, sambungan siku juga dibantu oleh
sambungan bahu, pergerakan rotasi seluruh tangan pada sumbunya dan gerakan
lengan tangan pada sambungan pergelangan tangannya. Tangan manusia mempunyai
flesibilitas yang tinggi dalam gerakannya (Eko Nurmianto,Edisi Pertama,1996)
Tendon
Berfungsi
sebagai penghubung antara antara tulang dan otot terdiri dari sekelompok
serabut collagen yang letaknya pararel dengan panjang tendon. Tendon bergerak
dalam sekelompok jaringan serabut dalam sutu area dimana adanya gaya gesekan harus
diminimumkan. Bagian dalam dari jaringan ini mengeluarkan cairan synovial untuk pelumasan. (Eko
Nurmianto,Edisi Pertama,1996)
3. Otot ( Muscle )
Membahas
masalah otot striatik yaitu otot sadar. Otot terbentuk atas visber (
fibre ), dengan ukuran panjang dari 10-40 mm dan berdiameter 0,01-0,1 mm dan
sumber energi otot berasal dari pemecahan senyawa kaya energi melalui proses
aerob maupun anaerob.
- Anaerobic
Yaitu proses
perubahan ATP menjadi ADP dan energi tanpa bantuan oksigen. Glikogen yang terdapat
dalam otot terpecah menjadi enerji, dan membentuk asam laktat. Dalam proses ini
asam laktat akan memberikan indikasi adanya kelelahan otot secara local, karena
kurangnya jumlah oksigen yang disebabkan oleh kurangnya jumlah suplai darah
yang dipompa dari jantung. Misalnya jika ada gerakan yang sifatnya tiba-tiba
(mendadak), lari jarak dekat (sprint), dan lain sebagainya.
Sebab lain
adalah karena pencegahan kebutuhan aliran darah yang mengandung oksigen dengan
adanya beban otot statis. Ataupun karena aliran darah yang tidak cukup
mensuplai oksigen dan glikogen akan melepaskan asam laktat.
- Aerobic
Yaitu proses
perubahan ATP menjadi ADP dan enegji dengan bantuan oksigen yang cukup. Asam
laktat yang dihasilkan oleh kontraksi otot dioksidasi dengan cepat menjadi dan dalam kondisi aerobic. Sehingga beban
pekerjaan yang tidak terlalu melelahkan akan dapat berlangsung cukup lama.
Disamping itu aliran darah yang cukup akan mensuplai lemak, karbohidrat dan
oksigen ke dalam otot. Akibat dari kondisi kerja yang terlalu lama akan
menyebabkan kadar glikogen dalam darah akan menurun drastic di bawah norma, dan
kebalikannya kadar asam laktat akan meningkat, dan kalau sudah demikian maka
cara terbaik adalah menghentikan pekerjaan, kemudian istirahat dan makan
makanan yang bergizi untuk membentuk kadar gula dalam darah.
Hal tersebut
di atas adalah merupakan proses kontraksi otot yang telah disederhanakan
analisa pembangkit energinya, dan sekaligus menandakan arti pentingnya aliran
darah untuk otot. Oleh karenanya para ergonom hendaklah memeperhatikan hal-hal
seperti berikut untuk sedapat mungkin dihindari :
a)
Beban otot statis (static
muscle loads).
b) Oklusi (penyumbatan aliran darah) karena
tekanan, misalnya tekanan segi kursi pada popliteal (lipat lutut).
c) Bekerja dengan lengan berada di atas yang
menyebabkan siku aliran darah bekerja berlawanan dengan arah gravitasi.
(Eko Nurmianto,Edisi Pertama,1996)
Dalam dunia
kerja yang menjadi perhatian adalah :
a.
Kekuatan kerja otot.
Kekuatan
kerja otot bergantung pada :
1.
Posisi anggota tubuh yang bekerja
2.
Arah gerakan kerja.
3.
Perbedaan kekuatan antar bagian
tubuh.
4.
Usia.
b.
Kecepatan dan ketelitian.
c.
Daya tahan jaringan tubuh
terhadap beban.
Suatu hal
yang penting untuk mengetahui jenis otot yang sesuai untuk menopang beban
statis. Beban statis yang terjadi pada semua otot harus diminimumkan. Gaya yang
terjadi pada kontraksi otot sama dengan sebanding dengan penampang
melintangnya. Otot hanya mempunyai kemampuan berkontraksi dan relaksi bila bergerak
dengan arah berlawanan terhadap otot yang lain, dikenal dengan gerakan
antagonis.
Gambar 1.4.
Struktur Otot Manusia
(Eko Nurmianto,Edisi
Pertama,1996)
Biomekania dapt diterapkan pada [CHA91] :
perancangan kembali pekerjaan yang sudah ada, mengevaluasi pekerjaan,
penanganan material secara manual, pembebanan statis dan penentuan sistem waktu
Prinsip-prinsip biomekanika dalam pengangkatan
beban [CHA91]:
- Sesuaikan berat dengan kemapanan pekerja dengan mempertimbangkan frekuensi pemindahan
- Manfaatkan dua atau lebih pekerja untuk memindahkan barang yang berat
- Ubahlah aktivitas jika mungkin sehingga lebih mudah, ringan dan tidak berbahaya
- Minimasi jarak horizontal gerakan antara tempat mulai dan berakhir pada pemindahan barang
- Material terletak tidak lebih tinggi dari bahu
- kurangi frekuensi pemindahan
- berikan waktu istirahat
- Berlakukan rotasi kerja terhadap pekerjaan yang sedikit membutuhkan tenaga
- Rancang kontainer agar mempunyai pegangan yang dapat dipegang dekat dengan tubuh
- Benda yang berat ditempatkan setinggi lutut agar dalam pemindahan tidak menimbulkan cidera punggung
1.2 ANALISIS MEKANIK
1.2.1 Maximum Permissible Limit (MPL)
Merupakan
batas besarnya gaya tekan pada segmen L5/S1dari kegiatan pengangkatan dalam satuan Newton yang distandarkan oleh
NIOSH (National Instute of Occupational Safety and Health) tahun 1981. Besar gaya tekannya adalah dibawah 6500 N
pada L5/S1. sedangkan Batasan gaya angkatan normal (the Action Limit) sebesar
3500 pada L5/S1. Sehingga, apabila Fc < AL (aman), AL < Fc < MPL
(perlu hati-hati) dan apabila Fc > MPL (berbahaya). Batasan gaya angkat maksimum yang diijinkan , yang
direkomendasikan NIOSH (1991) adalah berdasarkan gaya tekan sebesar 6500 N pd
L5/S1 , namun hanya 1% wanita dan 25% pria yang diperkirakan mampu melewati
batasan angkat ini
Perlu diperhatikan bahwa nilai dari
analisa biomekanika adalah rentang postur atau posisi aktifitas kerja, ukuran
beban, dan ukuran manusia yang dievaluasi. Sedangkan kriteria keselamatan
adalah berdasar pada beban tekan (compression load) pada intebral disk antara
Lumbar nomor lima dan sacrum nomor satu (L5/S1). Untuk mengetahui lebih jelas
lagi L5/S1 dapat dilihat pada gambar 1.5 dibawah ini
Gambar 1.5
Klasifikasi dan kodifikasi pada vertebrae (Eko Nurmianto,Edisi Pertama,1996)
Analisa
dari berbagai macam pekerjaan yang menunjukkan rasa nyeri (ngilu) berhubungan
erat dengan beban kompresi (tekan) yang terjadi pada (L5/S1), demikian kata
Chaffin and Park (1973). Telah ditemukan pula bahwa 85-95% dari penyakit hernia
pada disk terjadi dengan relative frekuensi pada L4/L5 dan L5/S1. Kebanyakan
penyakit-penyakit tulang belakang adalah merupakan hernia pada intervertebral
disk yaitu keluarnya inti intervertebral
(pulpy nucleus) yang disebabkan oleh rusaknya lapisan pembungkus intervertebral
disk.
Evan dan
Lissner (1962) dan Sonoda (1962) melakukan penelitian dengan uji tekan pada spine (tulang belakang). Mereka
menemukan bahwa tulang belakang yang sehat tidak mudah terkena hernia, akan
tetapi lebih mudah rusak/retak jika disebabkan oleh beban yang ditanggung oleh
segmen tulang belakang (spinal) dan
yang terjadi dengan diawali oleh rusaknya bagian atas/ bawah segmen tulang
belakang (the castilage end-plates in the
vertebrae). Retak kecil yang terjadi pada vertebral akan menyebabkan
keluarnya cairan dari dalam vertebrae
menuju kedalam intervetrebae disc dan selanjutnya mengakibatkan degenerasi
(kerusakan) pada disk. Dari kejadian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa
degenerasi adalah merupakan prasarat untuk terjadinya hernia pada intervertebral disc yang pada gilirannya
akan menjadi penyebab umum timbulnya rasa nyeri pada bagian punggung bawah (low-back pain).
Dalam gerakan pada sistem kerangka otot,
otot bereaksi terhadap tulang untuk mengendalikan gerak rotasi disekitar
sambungan tulang, beberapa sistem pengungkit menjelaskan hal tersebut. Dalam
sistem ini otot bertindak sebagai sistem mekanis yang berfungsi untuk suplai
energi kinetik dan gerakan angular.
Pada Gambar 1.6 digambarkan sistem
pengungkit yang terdapat pada anggota tubuh manusia yang melakukan aktivitas
kerja.
Sistem pengungkit I :
Contoh sistem pengungkit I
:
·
Otot
Triceps menarik ulna untuk menggerakkan siku
·
Otot
Quadriceps menarik tibia melalui patella untuk menggerakkan lutut
Sistem
pengungkit II :
Contoh sistem pengungkit II
:
·
Otot
Biceps menarik radius untuk mengangkat siku
·
Otot
Brachialis menarik ulna untuk mengangkat siku
·
Otot
Deltoid menarik humerus untuk mengangkat bahu
Untuk mendapatkan gambaran
sederhana tentang mekanisme gaya (force) tersebut, dibawah ini terdapat contoh
sbb :
Suatu benda kerja seberat 2 kg diangkat
dengan satu lengan, berat lengan tersebut 25 N. Di ketahui jarak pusat beban
lengan terhadap pusat beban benda sejauh 30 cm, r = 5 cm, R = 13 cm.
Dari data diatas dapat kita tentukan gaya F yang
dikenai benda terhadap lengan sbb :
Perlu kita ketahui bahwa
seorang operator bekerja tidak hanya lengan saja yang mengeluarkan tenaga,
tetapi bagian tubuh yang lain seperti punggung, paha, betis dll.
Dalam biomekanik perhitungan guna mencari moment dan gaya dapat dilakukan
dengan cara menghitung gaya dan mement secara parsial atau menghitung tiap
segmen yang menyusun tubuh manusia.
( Tayyari, Occupational Ergonomi )
Untuk itu dibawah ini merupakan perhitungan (secara manual) dalam
praktikum ini, yaitu dihitung tiap segmen yang mempengaruhi tulang belakang
dalam melakukan aktivitas pengangkatan, kecuali segmen kaki:
1. Telapak tangan
2. Lengan Bawah
3. Lengan Atas
Gaya pada lengan atas dikalikan dua
Moment dikali dua ---à agar benda utuh satu
|
|
( Tayyari, Occupational
Ergonomi )
Dengan menggunakan tehnik perhitungan keseimbangan gaya pada tiap segmen
tubuh manusia, maka didapat moment resultan pada L5/S1. kemudian untuk mencapai
keseimbangan tubuh pada aktivitas pengangkatan, moment pada L5/S1 tersebut
diimbangi gaya otot pada spinal erector (FM) yang cukup besar dan juga gaya
perut (FA) sebagai pengaruh tekanan perut (PA) atau Abdominal Pressure yang
berfungsi untuk membantu kestabilan badan karena pengaruh momen dan gaya yang
ada seperti model pada gambar 1.8 dibawah ini.
Gambar 1.8.
Model
sederhana dari punggung bawah (low back) yang diteliti oleh chaffin
untuk
analisis terhadap aktifitas angkat Koplanar Statis.
(Sumber data : Chaffin 1984)
Gaya otot pada
spinal erector dirumuskan sbb:
(Newton)
FM = Gaya
otot pada Spinal Erector (Newton)
E = Panjang Lengan momen otot spinal erector dari L5/S1
(estimasi 0,05 m sumber : Nurmianto ; 1996)
M(L5/S1)
= MT = Momen resultan pada L5/S1
FA =
Gaya Perut (Newton)
D = Jarak dari gaya perut ke L5/S1
( 0,11 m Sumber: Nurmianto,1996)
Untuk mencari Gaya Perut (FA), maka perlu dicari
Tekanan Perut (PA) dengan persamaan:
(N/Cm2)
(newton)
Keterangan:
PA = Tekanan Perut
AA = Luas Diafragma (465 cm2)
ΘH = Sudut inklinasi perut
ΘT = Sudut inklinasi kaki
Wtot
= Wo +2 WH + 2 WLA+ 2 WUA
+ Wt
Wtot = Gaya keseluruhan yang terjadi
Kemudian
gaya tekan/kompresi pada L5/S1 dirumuskan sbb:
FC = Wtot
. cos q4
– FA + Fm (newton)
1.2.3
Recommended Weight Limit (RWL)
Recommended
Weight Limit merupakan rekomendasi batas beban yang dapat diangkat
oleh manusia tanpa menimbulkan cidera meskipun pekerjaan tersebut dilakukan
secara repetitive dan dalam jangka waktu yang cukup lama. RWL ini ditetapkan
oleh NIOSH pada tahun 1991 di Amerika Serikat.
Persamaan
NIOSH berlaku pada keadaan :
a.
Beban yang diberikan adalah beban statis, tidak ada
penambahan ataupun pengurangan beban ditengah – tengah pekerjaan.
b.
Beban diangkat dengan kedua tangan.
c.
Pengangkatan atau penurunan benda dilakukan dalam waktu
maksimal 8 jam.
d.
Pengangkatan atau penurunan benda tidak boleh dilakukan
saat duduk atau berlutut.
e.
Tempat kerja tidak sempit.
Berdasarkan
sikap dan kondisi sistem kerja pengangkatan beban dalam proses pemuatan barang
yang dilakukan oleh pekerja dalam eksperimen, penulis melakukan pengukuran
terhadap faktor – faktor yang mempengaruhi dalam pengangkatan beban dengan
acuan ketetapan NIOSH (1991).
Persamaan
untuk menentukan beban yang direkomendasikan untuk diangkat seorang pekerja dalam
kondisi tertentu menurut NIOSH adalah sbb [1] :
RWL = LC x HM x VM x DM x AM x FM x CM
Ket :
¨ LC : konstanta pembebanan = 23 kg
¨ HM : faktor pengali
horizontal = 25 / H
¨
¨ DM : faktor pengali
perpindahan = 0,82 + 4,5 / D
¨ AM: faktor pengali
asimetrik = 1 – 0,0032 A
¨ FM : faktor pengali
frekuensi (Frequency Multiplier) *lihat
tabel 1
¨ CM :
faktor pengali kopling (handle) * lihat tabel 2
Catatan (lihat gambar ) :
¨ H :
jarak beban terhadap titik pusat tubuh
¨ V : jarak beban terhadap
lantai
¨ D : jarak perpindahan
beban secara vertical
¨ A :
sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh
Untuk Frekuensi Pengali ditentukan dengan menggunakan tabel FM dibawah ini
dengan mengetahui frekuensi angkatan tiap menitnya dan juga nilai V dalam
inchi.
Frekuensi
|
Durasi Kerja
|
|||||
Angktn/mnt
|
1 jam
|
> 1 jam tapi 2 jam
|
> 2 jam tapi 8 jam
|
|||
(F)
|
V < 30
|
V 30
|
V < 30
|
V 30
|
V < 30
|
V 30
|
0.2
|
1.00
|
1.00
|
0.95
|
0.95
|
0.85
|
0.85
|
0.5
|
0.97
|
0.97
|
0.92
|
0.92
|
0.81
|
0.81
|
1
|
0.94
|
0.94
|
0.88
|
0.88
|
0.75
|
0.75
|
2
|
0.91
|
0.91
|
0.84
|
0.84
|
0.65
|
0.65
|
3
|
0.88
|
0.88
|
0.79
|
0.79
|
0.55
|
0.55
|
4
|
0.84
|
0.84
|
0.72
|
0.72
|
0.45
|
0.45
|
5
|
0.80
|
0.80
|
0.60
|
0.60
|
0.35
|
0.35
|
6
|
0.75
|
0.75
|
0.50
|
0.50
|
0.27
|
0.27
|
7
|
0.70
|
0.70
|
0.42
|
0.42
|
0.22
|
0.22
|
8
|
0.60
|
0.60
|
0.35
|
0.35
|
0.18
|
0.18
|
9
|
0.52
|
0.52
|
0.30
|
0.30
|
0.00
|
0.15
|
10
|
0.45
|
0.45
|
0.26
|
0.26
|
0.00
|
0.13
|
11
|
0.41
|
0.41
|
0.00
|
0.23
|
0.00
|
0.00
|
12
|
0.37
|
0.37
|
0.00
|
0.21
|
0.00
|
0.00
|
13
|
0.00
|
0.34
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
14
|
0.00
|
0.31
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
15
|
0.00
|
0.28
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
>15
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
0.00
|
Tabel 1.
Tabel Frekuensi Pengali
Keterangan: untuk frekuensi pengangkatan kurang atau hanya 1 kali dalam 5
menit ditetapkan F = 2 Lift/mnt
Untuk Faktor Pengali kopling (handle) dapat ditentukan pada tabel 2 berikut
:
|
Coupling Multiplier
|
|
Coupling
|
V < 30 inches
|
V > 30 inches
|
Type
|
(75 cm)
|
(75 cm)
|
Good
|
1.00
|
1.00
|
Fair
|
0.95
|
1.00
|
Poor
|
0.90
|
0.95
|
Tabel 2. Tabel Coupling Multiplier
Dari persamaan yang ditetepkan NIOSH tersebut, terdapat perbedaan faktor
pengali jarak vertikal untuk pekerja Indonesia, sehingga perlu
penyesuaian terhadap nilai perkiraan berat beban yang direkomendasikan untuk
diangkat. Adanya perbedaan ini karena faktor pengali vertikal sangat bergantung
pada anthropometri ketinggian knuckle (jarak vertikal dari lantai ke ujung jari
tangan dengan posisi lurus ke bawah). Perumusan faktor pengali vertikal yang
dihasilkan oleh NIOSH adalah :
Sedangakan dari
hasil penelitian di dapat bahwa untuk pekerja industri Indonesia faktor pengali
jarak :
Keterangan :
VM = faktor pengali vertikal
V = jarak vertikal beban ( satuan dalam cm )
Setelah nilai RWL
diketahui, selanjutnya perhitungan Lifting
Index, untuk mengetahui index pengangkatan yang tidak mengandung resiko
cidera tulang belakang, dengan persamaan :
Jika LI £ 1, maka
aktivitas tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang
Jika LI > 1,
maka aktivitas tersebut mengandung resiko cidera tulang belakang
Dalam tubuh manusia
terdapat tiga jenis gaya
:Winter,979 )
1.
Gaya Gravitasi, yaitu gaya yang melalui pusat
massa dari tiap segmen tubuh manusia dengan arah kebawah. Besar gayanya adalah
massa dikali percepatan gravitasi ( F = m g )
2.
Gaya Reaksi yaitu gaya yang terjadi akibat beban pada segmen
tubuh atau berat segmen tubuh itu sendiri.
3.
Gaya otot yaitu gaya yang terjadi pada bagian sendi, baik
akibat gesekan sendi atau akibat gaya pada otot yang melekat pada sendi. Gaya ini
menggambarkan besarnya momen otot.
Tubuh manusia
terdiri dari 6 link, yaitu :
Chaffin & Anderson
( 1984 )
1.
Link
lengan bawah, dibatasi joint telapak tangan dan siku.
2.
Link
lengan atas, dibatasi joint siku dan bahu.
3.
Link punggung, dibatasi
joint bahu dan pinggul.
4.
Link
paha, dibatasi joint pinggul dan lutut.
5.
Link
betis, dibatasi joint lutut dan mata kaki.
6.
Link
kaki, dibatasi joint mata kaki dan telapak kaki.
B. KELELAHAN
Dalam
biomekanik kita akan berurusan dengan salah satu kejadian yang dinamakan
kelelahan. Kelelahan ini tidak lepas dari biomekanik karena dalam aplikasinya
biomekanik melihat orang secara mekanik, tetapi kodrat kemanusiaan pada manusia
tidak dapat dikesampingkan sehingga manusia/pekerja mempunyai keterbatasan
yaitu salah satunya keadaan yang dinamakan lelah. Kelelahan adalah proses
menurunnya efisiensi performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan
fisik tubuh manusia untuk melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan.
Dalam
bahasan lain, kelelahan didefinisikan sebagai suatu pola yang timbul pada
suatau keadaan yang secara umum terjadi pada setiap individu. Yang telah tidak
sanggup lagi untuk melakukan aktivitasnya.
Ada
beberapa macam kelelahan yang diakibatkan oleh beberapa faktor yang beberapa,
seperti:
1. Lelah otot, yang diindikasikan dengan
munculnya gejala kesakitan ketika otot harus menerima beban berlebihan.
2. Lelah visual, yaitu lelah yang diakibatkan
ketegangan yang terjadi pada organ visual (mata) yang terkonsentrasi secara
terus menerus pada suatu objek.
3. Lelah mental, yaitu kelelahan yang datang
melalui kerja mental seperti berfikir sering juga disebut sebagai lelah otak.
4. Lelah monotonis, yaitu kelelahan yang
disebabkan oleh aktivitas kerja yang bersifat rutin, monoton, ataupun
lingkungan kerja yang menjemukan.
Sedangkan
kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus
menerus dan terakumulasi, akan menyebabkan apa yang disebut dengan lelah
kronis. Dimana gejala-gejala
yang tampak jelas akibat lelah kronis dapat dicirikan seperti:
ü Meningkatnya emosi dan rasa jengkel
sehingga orang menjadi kurang toleraan atau asosial terhadap orang lain.
ü Munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan.
ü Depresi yang berat.
1.1 Proses Terjadinya Kelelahan
Kelelahan
terjadi karena terkumpulnya produk-produk sisa dalam oto dan peredaran darah,
dimana produk-produk sisa ini bersifatmembatasi kelangsungan aktivitas otot dan
mempengaruhi serat-serat syaraf dan sistem syaraf pusat sehingga orang menjadi
lambat bekerja.
Makanan
yang mengandung glikogen mengalir dalam tubuh melalui peredaran darah setiap
kontraksi dari otot selalu diikuti oleh kimia (oksidasi glukosa) yang merubah
glikogen menjadi tenaga, panas dan asam laktat (produk sisa).
Pada
dasarnya kelelahan timbul karena terakumulasinya produk sisa dalam otot dan tidak
seimbangnya antara kerja dan proses pemulihan.
Secara lebih jelas terdapat 3
penyebab timbulnya kelelahan fisik, yaitu:
- Oksidase glukosa dalam otot menimbulkan CO2 ,saerolactic, phosphati dan sebagainya, dimana zat-zat tersebut terikat dalam darah yang kemusian dikeluarkan waktu bernafass.
Kelelahan terjadi apabila
pembentukan zat-zat tersebut tidak seimbang dengan proses pengeluaran, sehingga
timbul penimbunan dalam jaringan otot yang mengganggu kegiatan otot
selanjutnya.
- Karbohidrat didapat dari makanan dirubah jadi glukosa dan disimpan dihati dalam bentuk glukogen. Setiap cm2 darah normal akan membawa 1 mm glukosa, berarti setiap sirkulasi darah hanya membawa 0,1% dari sejumlah glikogen yang ada dalam hati karena bekerja persediaan glikogen akan menipis dan kelelahan akan timbul apabila konsentrasi glikogen dalam hati tinggal 0,7%.
- Dalam keadaan normal jumlah udara yang masuk dalam pernafasan kira-kira 4 Lt/menit, sedangkan dalam keadaan kerja keras dibutuhkan udara kira-kira 15 Lt/menit. Ini berarti pada suatu tingkat kerja tetentu akan dijumpai suatu keadaan dimana jumlah oksigen yang masuk melalui pernafasan lebih kecil dari tingkat kebutuhan. Jika hal ini terjadi maka kelelahan yang timbul dikarenakan reaksi oksidasi dalam tubuh yaitu untuk mengurangi asam laktat menjadi air dan karbon dioksida agar dikeluarkan dari tubuh, menjadi tidak seimbang dengan pembentukan asam laktat itu sendiri (asam laktat terakumulasi dalam otot dalam peredaran darah)
1.2 Gejala-Gejala Kelelahan
Secara
pasti datangnya keletihan yang menimpa pada diri seseorang akan sulit untuk
diidentifikasikan secara jelas mengukur lingkungan kelelahan seseorang bukanlah
pekerjaan yang mudah. Prestasi ataupun performansi kerja yang bisa mengevaluasi
tingkatan kelelahan.
Kelelahan dapat kita lihat
melalui indikasi-indikasi (gejala-gejala) sebagai berikut:
- Perhatian pekerja yang menurun.
- Perasaan berat dikepala, menjadi lelah seluruh badan, kaki terasa berat menguap, pikiran merasa kacau, mata merasa berat, kaku dan canggung dalam gerakan tidak seimbang dalam berdiri terasa berbaring.
- Merasa susah berpikir menjadi gugup tidak dapat konsentrasi tidak dapat mempunyai perhatian terhadap sesuatu cenderung lupa kurang kepercayaan cemas terhadap sesuatu tidak dapat mengontrol sikap dan tidak tekun dalam pekerjaan.
- Sakit kekakuan bahu nyeri di pinggang pernafasan merasa tertekan suara serat, haus, terasa pening , spasme dari kelopak mata, tremor pada anggota badan merasa kurang sehat badan.
1.3 Upaya Mengurangi Kelelahan.
Problematika
kelelahan akhirnya membawa manajemen untuk selalu berupaya mencari jalan
keluar.
Karena
kelelahan tidak segera ditangani secara serius akan menghambat produktivitas
kerja dan bisa menyebabkan kecelakaan kerja.
Adapun upaya-upaya untuk
mengurangi kelelahan adalah sebagai berikut;
- Sediakan kalori secukupnya sebagai input untuk tubuh.
- Bekerja menggunakan metode kerja yang baik. Misalkan bekerja dengan menggunakan prinsip ekonomi gerakan.
- Memperhatikan kemampuan tubuh, artinya mengeluarkan tenaga tidak melebihi pemasukannya dengan memperhatikan batasan batasannya.
- Memperhatikan waktu kerja yang teratur. Berarti harus dilakukan pengaturan terhadap jam kerja, waktu istirahat, dan sarana-sarananya. Masa-masa libur dan rekreasi.
- Mengatur lingkungan Fisik sebaik baiknya, seperti temperatur, kelembaban, sirkulasi udara, pencahayaan kebisingan getaran, bau/wangi-wangian, dll.
- Berusaha untuk mengurangi monotoni warna dan dekorasi ruangan kerja, menyediakan musik, menyediakan waktu-waktu olah raga, dll.
1.4 Penyebab Kelelahan
Kelelahan
yang terjadi dapat disebabkan berbagai hal penyebab yang paling penting adalah:
-
Monotonitas
-
Intensitas dan durasi kerja
-
Lingkungan
suasana, cahaya, dan kebisingan.
-
Fisiologi tanggungjawab.
-
Sakit,
ngilu, dan gejala nutrisi.
Contoh Soal:
1.
Seorang
pekerja mengambil kotak yang berada pada ketinggian 45 cm di atas lantai dan
mengangkat ke meja 70 cm di atas lantai. Berat kotak 60 kg, berat badan 65 kg,
jarak pergelangan tangan ke pusat masa benda 0,07 m, θ1 = 20o, jarak pergelangan tangan-siku =
0,28 m θ2 = 20o,
jarak siku-bahu = 0,3 m θ3 = 80o, jarak bahu ke L5/S1 = 0,36 m θ4 = 45o. sudut inklinasi perut 45o,
sudut inklinasi paha 50o. Hitunglah gaya tekan pada L5/S1
tersebut!
Penyelesaian :
WH = 0,6 % Wbadan = 0,6% * 650 = 3,9 N
WLA
= 1,7 % Wbadan = 1,7% * 650 = 1,05 N
WUA
= 2,8 % Wbadan = 2,8% * 650 = 18,2 N
WT = 50 % Wbadan =
50% * 650 = 325 N
WTOT = Wo + 2WH + 2WLA + 2WUA
+ WT = 971,3
N
2 =
0.43
3 = 0.436
4 = 0.67
D = 0.11
AA = 465 cm2
Wo = 60 kg *
10 = 600 N
Wbdn = 65 kg * 10
= 650 N
No
|
Segmentasi Tubuh
|
Panjang (cm)
|
Sudut (derajat)
|
1.
|
Telapak tangan
|
SL1 = 7
|
20o
|
2.
|
Lengan bawah
|
SL2 = 8
|
20o
|
3.
|
Lengan Atas
|
SL3 = 30
|
80o
|
4.
|
Punggung
|
SL4 = 36
|
45o
|
5.
|
Inklinasi Perut
|
|
θH = 45o
|
6.
|
Inklinasi Paha
|
|
ΘT = 50o
|
A.
Telapak Tangan
Fyw =
Wo/2 + WH = 303.9 N
MW = (W0/2 + WH) *
SL1 * Cos θ1 = 19,99 = 20 Nm
B.
Segmen Lengan Bawah
Fye =
Fyw + WLA = 314,95 N = 315 N
Me = MW + (WLA * 2 * SL2 * Cos
θ2) + (Fyw * SL2 * Cos
θ2) = 101,21 Nm
C.
Segmen Lengan Atas
Fys =
Fye + WUA = 333,2 N
Ms = Me
+ (WUA * 3 * SL3 * Cos
θ3) + (Fye * SL3 * Cos
θ3) = 118,03 Nm
D.
Segmen Punggung
Fyt =
2Fys + WT = 991.4 N
Mt =
2Ms + (WT * 4 * SL4
* Cos θ4) + (2Fys *
SL4 * Cos θ4)
= 236.06 +
55,43 + 169.64 = 461.04 Nm
§ Kemudian Gaya perut (PA) dan Tekanan Perut
(FA)
1,8 =
0,73 N/cm2
FA = PA * AA = 0,73 * 465 =
339.45 N
§ Gaya otot pada spinal erector :
FM * E = M(L5/S1)
– FA * D
FM =
8474,01 N
§ Gaya Tekan/kompresi pada L5/S1:
Fc = Wtot * Cos θ4 – FA + FM = 8821.37 N > 6500 N (pekerjaan
tersebut membahayakan)
2. Seorang pekerja mengambil kotak dengan
berat 5 kg di atas konveyor 15 cm dan mengangkat ke sebuah meja dengan
ketinggian 125 cm dari lantai. Jarak beban terhadap titik pusat tubuh 35 cm.
Sudut simetri putaran yang dibentuk tubuh 45o. Jika selama 80 menit
pekerja tersebut melakukan pengangkatan sebanyak 224 kali, Berapa batas beban
yang direkomendasikan? Apakah pekerjaan tersebut dikategorikan aman atau tidak?
(diketahui Handle Coupling dalam kategori Fair)
Penyelesaian : L= 5 kg LC = 23 kg
V
= 15 cm Handle Fair =
0,95
D
= 110 cm
H
= 35 cm
A
= 45o
·
HM = 25/H =
25/35 = 0,714
·
VM = 1- 0,00326 = 1- 0,00326 = 0,82396
·
DM = 0,82 + 4,5/D =
0.82 + 4.5/110 = 0.861
·
FM = 224 lift/80 mnt = 2.8 = 3
·
CM = 0,95
·
LC = 23
Sehingga :
RWL = LC * HM * VM * DM * AM * FM * CM
RWL = (23) (0.714) (0.82396) (0.861) (0.856) (0.79) (0.95)
= 7,484
kemudian mencari Lifting Index
.
Jika LI ≤ 1, maka aktivitas
tersebut tidak mengandung resiko cidera tulang belakang.
2.
Metode Fisiologi, Analisis, dan Tolok Ukur terhadap Pengukuran Kerja
Secara
garis besar terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi hasil kerja manusia, dan
dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu:
1. Faktor-faktor yang terdiri dari: sikap,
sistem, nilai, karakteristik, fisik, motivasi, usia, jenis kelamin, pendidikan,
pengalaman dll.
2.
Faktor-faktor situasional:
lingkungan fisik, mesin dan peralatan, metode kerja dll.
2.1 Pengukuran Kerja dengan Metode Fisiologi
Dalam suatu
kerja fisik, manusia akan menghasilkan perubahan dalam konsumsi oksigen, heart
rate, temperatur tubuh dan perubahan senyawa kimia dalam tubuh.
Kerja
fisik ini dikelompokkan oleh Davis
dan Miller:
1.
Kerja total seluruh tubuh,
yaitu aktivitas kerja yang menggunakan sebagian besar otot, biasanya melibatkan
dua per tiga atau tiga seperempat kerja otot tubuh.
2.
Kerja otot yang membutuhkan
energi expenditur karena otot yang digunakan lebih sedikit.
3.
Kerja otot statis, otot
digunakan untuk menghasilkan gaya
tetapi tanpa kerja mekanik yang membutuhkan kontraksi sebagian otot yang lain
dan posisi tubuh dalam keadaan statis (diam) tak bergerak.
Metode Pengukuran kerja fisik dilakukan dengan menggunakan standar:
1.
Konsep Horse-Power oleh Taylor, tetapi tidak memuaskan.
2.
Tingkat konsumsi energi untuk
mengukur pengeluaran energi.
3.
Perubahan tingkat kerja jantung
dan konsumsi oksigen.
Tiffin mengemukakan kriteria yang dapat digunakan untuk mengetahui pengaruh
pekerjaan terhadap manusia dalam suatu sistem kerja, yaitu:
1.
Kriteria faali meliputi kecepatan
denyut jantung, konsumsi kksigen, tekanan darah, tingkat penguapan, temperatur
tubuh, komposisi kimiawi dalam darah, dan air seni. Kriteria ini digunakan
untuk mengetahui perubahan fungsi alat-alat tubuh.
2.
Kriteria kejiwaan meliputi
pengujian tingkat kejiwaan pekerja, seperti tingkat kejenuhan, emosi, motivasi,
sikap dan lain-lain. Kriteria kejiwaan digunakan untuk mengetahui perubahan
kejiwaan yang timbul selama bekerja.
3.
Kriteria hasil kerja meliputi
hasil kerja yang diperoleh dari pekerja. Kriteria ini digunakan untuk
mengetahui pengaruh seluruh kondisi kerja dengan melihat hasil kerja yang
diperoleh dari pekerja tersebut.
2.2 Kerja Fisik
dan Mental
Kerja fisik adalah kerja yang memerlukan energi fisik otot manusia sebagai sumber
tenaganya (power). Kerja fisik
disebut juga ‘manual operation’ dimana performans kerja sepenuhnya akan
tergantung pada manusia yang berfungsi sebagai sumber tenaga (power) ataupun pengendali kerja. Dalam kerja
fisik konsumsi energi merupakan faktor utama yang dijadikan tolak ukur penentu
berat/ringannya suatu pekerjaan. Secara garis besar, kegiatan-kegiatan manusia
dapat digolongkan menjadi kerja fisik dan kerja mental. Pemisahan ini tidak
dapat dilakukan secara sempurna, karena terdapatnya hubungan yang erat antar
satu dengan lainnya. Kerja
fisik akan mengakibatkan perubahan fungsi pada alat-alat tubuh, yang dapat
diketahui melalui:
- Konsumsi oksigen (Oxygen Consumption)
Konsumsi oksigen dapat diartikan sebagai
banyaknya oksigen yang diperlukan oleh tubuh manusia, yang dinyatakan dalam
satuan liter per menit.
- Laju denyut jantung (Heart Rate)
Dalam kondisi normal atau sedang
beristirahat, laju detak jantung manusia berkisar diantara 70 bit setiap
menitnya. Ketika sedang dalam kondisi bekerja, rata-rata laju detak jantung
mengalami kenaikan menjadi sekitar 110 bit setiap menitnya.
time
Gambar 4. Laju Detak Jantung
Dari grafik tersebut dapat diketahui bahwa seseorang
dalam “keadaan normal”:
-
Waktu sebelum kerja (rest)
kecepatan denyut jantung dalam keadaaan konstan/stabil, walaupun ada perubahan
kecepatan denyutnya tetapi tidak terlalu jauh perbedaannya.
-
Waktu selama bekerja (work)
kecepatan denyut jantung dalam keadaan cenderung naik. Semakin lama waktu kerja
yang dilakukan maka makin banyak energi yang keluar sehingga kecepatan denyut
jantung bertambah cepat naik.
-
Waktu setelah bekerja/waktu pemulihan/recovery
kecepatan denyut jantung dalam keadaan cenderung turun. Kondisi kerja yang lama
maka perlu dibutuhkan waktu istirahat yang digunakan untuk memulihkan energi
kita terkumpul kembali setelah mencapai titik puncak kelelahan.
Ada beberapa definisi mengenai denyut jantung (Muller, 1962) sebagai
berikut:
a.
Denyut jantung selama istirahat
(resting pulse) adalah rata-rata
denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai
b.
Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut
jantung selama seseorang bekerja
c.
Denyut jantung untuk kerja (work pulse) adalah selisih antara denyut
jantung selama bekerja dan selama istirahat
d.
Denyut jantung selama istirahat
total (total recovery cost or recovery
cost) adalah jumlah aljabar denyut jantung saat suatu pekerjaan selesai
dikerjakan sampai dengan denyut berada pada kondisi istirahatnya
e.
Denyut total (total work pulse or cardiac cost) adalah
jumlah denyut jantung dari mulainya suatu pekerjaan sampai denyut berada pada
kondisi istirahatnya (resting level).
- Temperatur tubuh dan tingkat penguapan
Temperatur badan sangat erat kaitannya dengan laju pengeluaran keringat.
Temperatur badan yang berlebihan akan meningkatkan laju pengeluaran keringat
sehingga bila kondisi seperti ini masih dipertahankan, seorang operator dapat
mengalami dehidrasi (kekurangan zat cair dalam tubuh). Sedangkan zat cair,
dalam hal ini, air (HO) adalah
salah satu sumber penghasil oksigen yang diperlukan dalam proses senyawa
penghasil energi (aerobic). Selain hal tersebut, temperatur badan juga akan
berpengaruh terhadap aktivitas laju detak jantung. Seorang operator, jika
berada dalam kondisi seperti ini secara terus menerus akan cepat mengalami
kelelahan, sehingga produktivitas kerja berkurang.
- Konsentrasi asam laktat dalam darah (Lactic Acid)
Konsentrasi
asam laktat dalam darah akan mengakibatkan kelelahan (fatigue). Selama aktivitas otot asam laktat diproduksi dari glikogen dan saat
istirahat akan dioksidasi lagi.
- Tekanan darah dan komposisi kimia dalam darah
Banyak atau sedikitnya suplai darah
ke seluruh tubuh yang dipompa dari jantung, akan sangat berpengaruh terhadap
kinerja dan kenyamanan pekerja. Dalam hal ini, tekanan darah berfungsi sebagai
alat transportasi tubuh yang membawa oksigen dan juga zat-zat lain yang
diperlukan oleh tubuh.
Sebagai contoh adalah percobaan yang
dilakukan oleh Rodbard dan Weiss (1977). Mereka menghentikan aliran darah pada lengan juru ketik dengan menggunakan
alat pengukur tekanan darah (tensimeter). Hasilnya, kinerja operator tersebut
menurun drastis kemudian dalam waktu kurang dari tiga menit operator tersebut
merasakan ketidaknyamanan di tangannya.
Seperti
yang telah disebutkan diatas, bahwa darah adalah berfungsi sebagai alat
transportasi. Sebagai alat transportasi, tentunya darah membawa zat-zat yang
diperlukan ataupun yang di tolak oleh tubuh. Zat-zat
itu diantaranya adalah zat-zat makanan yang telah diurai melalui proses
kimiawi, glikogen, oksigen, karbondioksida, dan zat cair yang telah bersenyawa
didalam darah.
Kemampuan kerja fisik akan
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, ukuran tubuh, kesehatan, jenis pekerjaan,
lingkungan kerja dan motivasi kerjanya.
Sedangkan kerja mental merupakan kerja yang melibatkan proses berpikir dari
otak kita. Pekerjaan ini akan mengakibatkan kelelahan mental bila kerja
tersebut dalam kondisi yang lama, bukan diakibatkan oleh aktivitas fisik secara
langsung melainkan akibat kerja otak kita.
2.3 Energy Expenditure
Pendekatan ini
bertujuan untuk menentukan batasan dengan kriteria pengeluaran energi metabolik
dan selanjutnya menentukan kapasitas pengangkatan. Persamaan
dari Garg (1976) yang digunakan untuk memperkirakan pengeluaran energi:
Stoop
lift : E =
0,0109 BW + (0,0012 BW + 0,0052 L + 0,0028 SxL) f
Squat
lift : E =
0,0109 BW + (0,0019 BW + 0,0081 L + 0,0023 SxL) f
Arm
lift : E
= 0,0109 BW + (0,0002 BW + 0,0103 L + 0,0017 SxL) f
dimana:
E =
pengeluaran energi (kcal/min)
BW =
berat badan (lbs)
L =
berat beban (lbs)
S =
jenis kelamin (wanita = 0, pria = 1)
F =
frekuensi pengangkatan (lifts/min)
Tabel 4. Limit energy
expenditure untuk pengangkatan berulang (kcal/min)
Tinggi Pengangkatan/V
(cm/inchi)
|
Lama Pengangkatan
|
||
< 1 jam
|
1 – 2 jam
|
2 – 8 jam
|
|
V ≤ 75 (30)
|
4,7
|
3,7
|
3,1
|
V > 75 (30)
|
3,3
|
2,7
|
2,2
|
Tabel 5. Tabel Kategori Beban Kerja
Work Load
|
Oxygen consumption
in liter perminute
|
Energi expenditure in Calories per minute
|
Heart rate during work in beats per minute
|
Light
|
0.5 – 1.0
|
2.5 – 5.0
|
60 – 100
|
Moderate
|
1.5 – 1.0
|
5.0 – 7.5
|
100 – 125
|
Heavy
|
1.5 – 2.0
|
7.5 – 10.0
|
125 – 150
|
Very
Heavy
|
2.0 – 2.5
|
10.0 – 12.5
|
150 – 175
|
2.4 Proses Metabolisme
Proses metabolisme adalah proses dalam rangka untuk
menghasilkan energi yang diperlukan untuk kerja fisik. Dalam proses ini zat-zat makanan akan bersenyawa
dengan oksigen yang dihirup, terbakar dan menghasilkan panas serta energi
mekanik. Besarnya energi yang dihasilkan/dikonsumsi dinyatakan dalam bentuk
Kilo Kalori (Kkal) atau Kilo Joule (KJ).
Energi untuk gerakan otot,
didapat dari ATP yang berubah menjadi ADP. ATP terbentuk kembali dari energi
yang berasal dari glukosa. Agar kadar glukosa darah tidak turun akibat
direspirasi untuk dapat menghasilkan ATP, maka cadangan glikogen akan dijadikan
glukosa.
Adrenalin
Glycogen
à Lactasidogen à Glucosa + asam laktat
Asam laktat akan dialirkan ke
hepar (hati) untuk dijadikan glukosa. Timbunan asam laktat di otot akan
menimbulkan rasa lelah, pegal, bahkan kejang.
Sumber Energi
1.
Reaksi respirasi Aerob:
CHO + 6O à 6CO + 6HO + Energi (674 Kal)
Hasil akhir ATP yang terbentuk dari
hasil respirasi aerob 1 molekul glukosa adalah 2 ATP (hasil glikolisis) + 2 ATP
(hasil daur Kreb) + 34 ATP (hasil transfer electron) = 38 ATP.
2.
Respirasi Anaerob:
CHO à 6CO + Energi + Asam Laktat
Pada respirasi anaerob proses
glikolisis seperti pada respirasi aerob, tetapi asam piruvat yang terbentuk
tidak memasuki siklus asam sitrat karena tanpa O. Jumlah ATP = 2.
Konversi satuan:
1.
1 Kkal = 4,2 KJ
selanjutnya 1 liter O= 4.8 Kkal = 20 KJ
Dari hasil
penelitian tentang fisiologi kerja diperoleh kesimpulan bahwa 5,2 Kcal/menit
adalah energi maksimum yang dikonsumsi untuk melakukan pekerjaan fisik yang
berat. Selanjutnya energi yang dihasilkan atau dikonsumsi dapat dinyatakan
kedalam daya (Watt).
2.
5,2 Kkal/menit = 1,08 liter O= 21,84 KJ/menit = 364 Watt
Kemudian setelah diketahui besarnya
konsumsi energi yang diperlukan, dapat dicari lamanya waktu yang di perlukan
untuk beristirahat setelah melakukan kerja fisik yang berat.
R (menit) = T ( K – S ) /
K – 1.5
dimana:
R = waktu istirahat yang diperlukan (menit)
T = total jam kerja (menit)
K = rata-rata energi yang dikonsumsi untuk kerja (Kkal/menit)
S = Standar beban kerja normal yang digunakan (Kkal/menit)
Nilai konstanta dari resting
level ditetapkan sebesar 1,5 Kkal/menit.
2.5 Fatigue/Kelelahan
Kelelahan dapat
didefinisikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performans kerja dan
berkurangnya kekuatan/ketahanan fisik tubuh untuk melakukan kegiatan yang harus
dilakukan. Kelelahan tersebut jika tidak segera diatasi akan terakumulasi dari
berbagai macam faktor sehingga akan mengakibatkan ketegangan (stress) “lelah kronis” yang dialami oleh
tubuh manusia. Kelelahan yang disebabkan oleh tidak optimalnya dalam pemilihan
metode kerja akan membawa dampak psikologis maupun fisiologis.
C. PERALATAN PRAKTIKUM
1.
Beban kerja
2.
Penggaris atau meteran pengukur
3.
Alat pengukur sudut (busur)
4.
Timbangan berat badan
5. Stop watch
6.
Meja kerja
7.
Lembar pengamatan
D. PROSEDUR PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1.
Ukur berat beban kerja.
2.
Posisikan operator pada bidang
pengangkatan, catat data-data yang diperlukan seperti data operator, beban, H,
V, dan A pada posisi pertama (origin),
jumlah angkatan per menit (F), dll.
3.
Operator
mengangkat beban kerja dari lantai ke meja kerja selama 2 menit.
4.
Catat
H, V dan A pada posisi setelahnya (destination),
dan hitung D.
5.
Lengkapi
lembar pengamatan kriteria Fisiologi.
6.
Data
diolah dan dihitung.
E. FORMAT LAPORAN SEMENTARA
Halaman Judul
Abstraksi (1 paragraf berisi tidak lebih dari 350 kata, meliputi
dasar teori, studi kasus dari praktikum, metode yang digunakan, dan hasil atau
kesimpulan dari praktikum, sebutkan pula minimal 4 kata kunci)
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
(berkaitan dengan praktikum dan materi yang ada)
1.2
Tujuan Praktikum (lihat
modul)
1.3
Obyek Pengamatan (jenis
kelamin operator, umur, peralatan yang digunakan, dan deskripsi singkat dari
pekerjaan yang dilakukan saat praktikum)
1.4
Rumusan Masalah
1. Berapakah
Lifting Index dari pekerjaan yang dilakukan?
2. Apakah
pekerjaan tersebut layak untuk dilakukan jika dilihat berdasarkan kriteria
Biomekanik?
3. Berapakah
energy expenditure dari operator
selama melakukan pekerjaan tersebut?
4. Apakah
pekerjaan tersebut layak untuk dilakukan jika dilihat berdasarkan kriteria
Fisiologi?
5. (tambahkan
minimal 2 poin rumusan masalah)
BAB II PENGUMPULAN DAN
PENGOLAHAN DATA
2.1 Pengumpulan Data
2.1.1 Data Operator
2.1.2 Pengukuran RWL (Kriteria Biomekanik)
(Data RWL)
2.1.3 Pengukuran Energy Expenditure (Kriteria Fisiologi)
(Data untuk persamaan Garg)
2.2 Pengolahan Data
2.2.1 Pengukuran RWL
RWL = LC* HM*VM *DM
*FM *AM* CM
LC
= 23kg
HM
= (25/H)
VM
= 1 – (.003[V-75])
DM = 0.82 + (4.5/D)
AM = 1 – (0.0032A)
FM and CM from the table
LI = L/RWL
2.2.2 Pengukuran Energy Expenditure
Stoop
lift: E = 0,0109 BW + (0,0012 BW + 0,0052 L + 0,0028 SxL) f
2.3 Analisis Data
2.3.1 Kriteria Biomekanik
(berdasarkan kategori LI)
2.3.2 Kriteria Fisiologi
(berdasarkan kategori beban kerja, lihat tabel 5)
BAB III KESIMPULAN DAN
SARAN
3.1 Kesimpulan (jawaban dari 1.4)
3.2 Saran (administrative
atau engineering control)
Lembar Revisi (lembar asli ikut dijilid
pada saat pengumpulan Laporan Sementara Praktikum)
mas danie kuliah dimana dan tinggal dimana,..bisa minta no hpnya saya tertarik dengan biomekaniknya
BalasHapus